Bojonegoro – Pengajian Masyarakat Madani berlangsung khidmat dengan menghadirkan narasumber Ustadz Dr. Khoirudin, M.Psi dari Yogyakarta. Dalam kajiannya, beliau mengangkat tema penting tentang bagaimana manusia menghadapi ujian hidup, merujuk pada teladan Nabi Muhammad SAW sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 21.
Ustadz Khoirudin mengawali pemaparannya dengan data dari Kementerian Kesehatan RI bahwa sekitar 30 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental, dari tingkat rendah hingga berat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya setiap individu memiliki kekuatan jiwa dan kesadaran spiritual dalam menghadapi dinamika kehidupan.
Menurutnya, manusia akan senantiasa diuji Allah SWT dalam dua bentuk: al-‘asar (sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti musibah, kesedihan, atau kehilangan) dan al-khoir (sesuatu yang menyenangkan, seperti jabatan, harta, dan kenikmatan dunia). “Banyak orang berhasil lulus ketika diuji dengan kesedihan, namun tidak sedikit yang justru gagal ketika diuji dengan kenikmatan,” tegasnya.
Beliau menekankan pentingnya menikmati kesulitan atau dikenal sebagai al-muta’addi lil bala, yakni kemampuan berpikir jernih dan mengubah tantangan hidup menjadi kenikmatan. Inilah yang disebut sebagai seni melepas beban, yaitu menerima ketentuan Allah dengan hati lapang.
Selain itu, Ustadz Khoirudin mengingatkan bahwa rumah tangga harus menjadi sumber ketenangan (sakinah, mawaddah, warahmah). Konflik dan dinamika keluarga sebaiknya dihadapi dengan mencari jalan kebaikan, sehingga rumah dapat benar-benar menjadi tempat teduh dan menenteramkan bagi seluruh anggota keluarga.
Dalam mendidik anak, beliau menyampaikan beberapa prinsip pendidikan Islam, yaitu:
- Teladan (tarbiyah bil qudwah) – orang tua harus menjadi contoh nyata.
- Pembiasaan (tarbiyah fil ‘adah) – membentuk karakter anak dengan latihan berulang.
- Nasihat (tarbiyah fil mau’izhah) – menanamkan nilai melalui tutur kata.
- Pengawasan (tarbiyah bil mulahazhoh) – mendidik dengan pemantauan yang penuh kasih.
- Hukuman (tarbiyah bil ‘uqubah) – diperbolehkan, namun harus menjadi jalan terakhir dan penuh pertimbangan.
Di akhir pengajian, beliau berpesan agar para orang tua senantiasa mendoakan anak-anaknya agar tumbuh menjadi generasi hebat, matang secara akhlak, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan jiwa yang kuat.