Pendidikan Era Artificial Intelligence

Mentari.or.id-Akhir-akhir ini banyak konten kreator membagikan tips dan trik nya dengan memanfaatkan Artificial Intelligence untuk mempermudah pekerjaan yang ia lakukan, seperti halnya yang dilakukan oleh @James_Aldorf dengan konten-konten videography dan photography nya ia pernah membagikan tips dan trik nya menghapus sebuah background foto dengan sangatlah mudah dengan bantuan AI (Artificial Intelligence) yang dulu ketika kita ingin mengganti background sebuah foto harus pergi ke photoshop terlebih dahulu dengan mengedit nya dengan manual, dan bahkan dulu kita ingat betul bahwa sampai ada pelatihan-pelatihan cara mengunakan photoshop. Menurut McLeod dan Schell, AI (artificial intelligence) adalah aktivitas yang memberikan mesin seperti komputer kemampuan untuk menampilkan perilaku yang dianggap setara dengan kemampuan yang ditunjukkan oleh manusia dan merupakan sistem komputer yang dapat melakukan pekerjaan yang memerlukan kecerdasan manusia untuk menyelesaikannya.

                Atau kalau  kita pernah menyimak seorang youtuber dengan nama akun “Web Programming UNPAS” akun youtube tersebut memiliki 723 Ribu Subscriber dengan 816 video dan di salah satu videonya sandiga galih membahas tentang apa itu ChatGPT dan menurutnya ChatGPT adalah implementasi dari salah satu dari cabang di bidang AI atau Artificial Intelligence yang namanya NLP (Natural Language Processing) yang GPT nya itu sendiri adalah singkatan dari (Generative Pre-Trained Transforer) sebuah model bahasa yang menggunakan deep learning untuk menghasilkan tulisan yang menyerupai tulisan manusia, saat ini ChatGPT itu menggunakan model GPT seri ke – 3,5 model yang sama yang digunakan oleh GitHup Copilot yang sama juga di buat oleh Open AI sebuah peruasahaan atau laboratorium penelitian AI di San Francisco, pada teknologi AI yang dijelaskan oleh Sandiga galih tersebut bisa kita tarik garis besar bahwasannya  ChatGPT sangatlah bisa membantu kita menjawab berbagai pertanyaan dengan sumber jawaban yang cukup baik dan bisa di mengerti, di akhir penjelasnnya ia menyebut bahwa AI ini sangat bisa berpotensi menggantikan pekerjaan manusia salah satunya adalah seorang yang bekerja sebagai customer service dangan sangat cocok digunakan sebagai document atau content generation (Pembuatan konten beserta script nya).

Dalam dunia pendidikan tentu kita di tuntut untuk berpikir secara runtut mengenai beberapa hal yang konseptual dan kontekstual tentang segala sesuatu yang sedang kita dalami, perubahan teknologi yang semakin harisemakin cepat berlalu ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk kita belajar tentang hal yang baru yang belum kita pahami, tak terkecuali berkembangnya Artificial Intelligence. Dengan berkembangnya teknologi yang serupa AI kita patut mensyukurinya bahwa artinya dunia memang terus berkembang ke arah yang lebih canggih, sebab itulah konten kreator akhir-akhir ini gencar membagikan tips dan trik mengenai pemanfaatan AI yang ia pahami seperti yang disebutkan diatas tentu AI akan terus berkembang dengan bisa membantu kita dalam menyiapkan tentang materi pembelajaran, tugas-tugas akademik seperti makalah, artikel ataupun jurnal karena memang ketika kita berkomunikasi dengan ChapGPT ini layaknya kita bertanya kepada seseorang yang berpengetahuan luas berkat kecerdasan buatan yang di tanamkan itu.

Jangan Jadi Bumerang

Namun selain bisa membantu kita dalam aktivitas dengan tugas-tugas kecil sebagai manusia hingga aktivitas akademik Kecaggihan AI ChatGPT juga memberikan tatangan bagi kita sebagai  untuk tetap bisa tampil dengan kreatifitas yang terus di perbarui setiap era nya. Pada tulisan kali ini saya  bagi tiga tantangan yang di hadapi oleh aktifitas pendidikan di era artificial intelligence,

Tantangan bagi pendidik

Dengan kacanggihan AI salah satunya adalah ChatGPT maka seorang pendidik memiliki tantangan yang mengharuskan ia untuk senantiasa selalu meng-upgrade dirinya dengan ber- kreativitas dalam menemukan inovasi-inovasi pembelajaran, sebut saja ketika seorang guru/ dosen memberikan tugas berupa pengumpulan artikel ilmiah misalnya atau resume mengenai artikel tertentu seorang pelajar/mahasiswa bisa sangat mudah memperoleh artikel sekaligus resume dengan menggunakan kecanggihan AI salah satunya ChatGPT.

Maka sebetulnya seorang praktisi pendidikan dalam hal ini harus benar-benar bisa kreatif dalam menentukan siklus dalam pembelajaran, tidak hanya terpaku pada muatan-muatan yang ada pada kurikulum maupun rencana pembelajaran melainkan juga harus melihat bahwasannya keterlibatan teknologi dalam proses pembelajaran harus juga di kreatifitasi agar kacangihan teknologi ini tidak menjadi sebuah bumerang bagi siswa itu sendiri sehiangga proses pembelajaran menjadi tidak kratif dan inovatif sebab adanya kemudahan tersebut.

Tantangan bagi pembelajar

Kenapa tantangan? bukannya teknologi seperti AI ChatGPT ini sangat membantu palajar atau mhasiswa dalam menyelesaikan tugas yang di berikan Guru atauDosennya, Jadi begini manusia adalah makhluk yang memiliki akal, makhluk yang bisa berpikir menurut Valentine Definisi berpikir dalam kajian psikologis sebagai proses menelaah dan pemeliharaan untuk suatu aktivitas yang berisi mengenai “bagaimana” dan dihubungkan gagasan-gagasan yang diarahkan untuk suatu tujuan. Dari situ bisa kita pahami bahwa kegiatan berpikir ini tidak akan jauh dengan manusia itu sendiri dalam memelihara dan memahami pengetahuan yang lebih aktual dan kompleks.

Kehadiran AI tentu memiliki manfaat sekaligus menjadi tantangan bagi pembelajar ia bisa saja kehilangan gairah untuk bernalar, hilangnya kritisisme, kemampuan untuk menganalisis dan juga menurunnya kegiatan membaca untuk kepentingan akademis. Ini tentu sangat tidak baik bagi perkembangan umat manusia, lama-lama ia akan karut marut menikmati arus kecanggihan teknologi yang lama-lama akan menghilangkan kemampuan alamiah sebagai manusia yang normal.

Tantangan bagi badan penyelenggara pendidikan

Kalau kita bicara mengenai pendidikan maka konteks nya sangatlah luas dari arti pendidikan itu sendiri tetapi disini yang di maksud penyelenggara pendidikan adalah sekolah-sekolah dan universitas yang keberadaannya sangatlah penting bagi pertumbuhan perkembangan manusia. Kalau kita mengutip Herman H. Horn Menurutnya, pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian makhluk hidup yang telah berkembang secara fisik dan mental. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendidikan juga meliputi kesadaran akan Tuhan dan alam sekitarnya, serta sisi emosional dan kemauan manusia.  Maka dalam konteks ini lembaga penyelenggara pendidikan merupakan aset yang sangat vital untuk tetap berupaya memberikan kontribusi yang maksimal kepada manusia-manusia yang ada di dalamnya

Kehadiran AI tentu lambat laun juga akan berpengaruh terhadap penyelenggara pendidikan di mulai dari implementasi kurikulum dan tantangan-tantangan pendidik saatberkembangnya AI itu sendiri, tantangan itu bisa berupa ketersediaan teknologi yang mumpuni yang dimiliki sekolah, serta pengoperasian kecangihan teknologi itu sendiri, lalu menyadari bahwa kehadiran AI yang tidak di tanggapi dengan bijak oleh penyelenggara pendidikan juga akan berakibat adanya mis konsepsi pendidikan tentang pengejawentahaan kurikulum, kesadaran mengenai visi dan misi dan juga keberlangsungan proses pembelajaran yang tetap tidak menghilangkan kemanusiaan.

Perkembangan teknologi semacam AI ini sangat bisa kita manfaatkan untuk kemajuan dan perkembangan umat manusia yang akan datang, tetapi juga dengan tidak menghilangkan esensi dan fungsi dari manusia itu sendiri, jangan sampai kecerdasan buatan yang kita buat sendiri ini menjadi bumerang bagi kita dan berdampak tidak baik terhadap hakikat keutuhan manusia di muka bumi.

*Tulisan serupa telah terbit sebelumnya dimajalah MATAN

Penulis: Fahrul Isna Arsyada (Kolumnis)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *