Mentari.or.id, Bojonegoro – Pengajian Ahad Pagi Masyarakat Madani kali ini menghadirkan Ustadz Muhammad Al Farabi, Lc., dari Surabaya, dengan tema mendalam tentang janji Allah dalam sejarah para nabi yang memberi pelajaran berharga bagi kehidupan umat Islam masa kini.
Dalam ceramahnya, Ustadz Al Farabi mengisahkan perjalanan Nabi Musa AS sejak lahir. Saat Raja Mesir menerima ramalan bahwa kerajaannya kelak akan runtuh oleh seorang bayi dari Bani Israil, maka setiap bayi laki-laki yang lahir diperintahkan untuk dibunuh. Namun, janji Allah berlaku. Musa lahir dengan selamat, bahkan setelah dihanyutkan di Sungai Nil, Allah mengembalikannya ke pangkuan ibunya dan kelak diangkat sebagai Rasul.
Musa kecil ditemukan oleh Asiyah, istri Fir’aun, yang tak memiliki anak. Dengan kasih sayangnya, ia merayu Fir’aun agar merawat Musa. Dari sini terselip hikmah bahwa pengaruh istri sangat besar dalam rumah tangga. “Jika istri baik, maka baiklah rumah tangganya,” jelas Ustadz Al Farabi. Bahkan, Allah mempermalukan Fir’aun dengan membiarkan ia sendiri yang melanggar aturan yang dibuatnya, yakni membesarkan Musa di istana.
Kisah ini semakin kuat dengan peran Maryam, kakak Musa, yang ditugasi ibunya untuk mengawasi dari jauh. Hingga akhirnya Musa justru bisa kembali disusui ibunya sendiri dengan fasilitas istana. Pesannya jelas: apabila Allah sudah berjanji, maka janji itu pasti akan ditepati.
Ustadz Al Farabi juga menyinggung kisah Bunda Hajar yang berlari antara bukit Shafa dan Marwa mencari tidak hanya mencari air tapi juga mencari pertolongan dari kabilah yang akan lewat. Di tengah kegersangan, Allah memenuhi janjinya dengan memunculkan sumber air zamzam bagi Hajar dan putranya.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa keputusan Al-Qur’an adalah keputusan final. Seperti kisah Abu Lahab yang sudah ditetapkan dalam Al-Qur’an, termasuk istrinya yang juga dicatat masuk neraka karena hasad terhadap Khadijah RA. Hal ini menunjukkan bahwa sifat dan peran istri juga sangat menentukan dalam kehidupan, baik menuju kebaikan maupun keburukan.
Ustadz Al Farabi menutup tausiyah dengan mengingatkan bahwa sebagian besar isi Al-Qur’an adalah janji Allah kepada manusia. Di antaranya adalah firman Allah “Ud’uni astajib lakum” (Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu). Setiap doa, kata beliau, pasti dikabulkan Allah dalam tiga bentuk:
- Dikabulkan seketika sebelum manusia meninggal.
- Diganti dengan sesuatu yang lebih baik menurut Allah.
- Ditangguhkan di dunia, lalu diberikan balasan berlipat di akhirat.
“Kelak di akhirat, orang-orang yang doanya belum terkabul di dunia justru akan merasa paling bahagia, hingga membuat iri penghuni surga lainnya,” pungkasnya.
Pengajian ini memberi pelajaran penting bahwa janji Allah itu pasti, dan setiap doa yang tulus tak akan sia-sia. Umat Islam dituntut untuk terus yakin, sabar, dan istiqamah dalam berdoa serta beramal, karena Allah Maha Menepati janji.