Mentari.or.id-Memasuki usia 113 tahun, Muhammadiyah telah melampaui perjalanan panjang yang tidak lagi muda. Jika diibaratkan manusia, usia ini mungkin sudah melewati batas hidup. Namun, sebagai sebuah organisasi dakwah, Muhammadiyah justru menunjukkan ketangguhan luar biasa. Ia bertahan, tumbuh, dan terus memberi manfaat meski berhadapan dengan berbagai cobaan, tantangan, dan dinamika zaman yang silih berganti. Ketahanan inilah yang menjadi bukti bahwa gerakan ini dibangun bukan hanya dengan semangat, tetapi dengan visi yang kuat, nilai yang kokoh, dan pengabdian yang tulus.
Sejak berdiri pada tahun 1912, Muhammadiyah telah dikenal sebagai gerakan Islam berkemajuan—sebuah gerakan yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pusat orientasinya. Dalam rentang waktu lebih dari satu abad, Muhammadiyah hadir melalui pendidikan, kesehatan, sosial, keagamaan, hingga pemberdayaan umat. Hampir di seluruh desa, terutama di pulau Jawa, kita dapat menjumpai jejaknya. Kehadiran ranting, cabang, dan amal usaha menjadi saksi bahwa Muhammadiyah bukan hanya gerakan gagasan, melainkan gerakan nyata yang membumi dan melayani.
Namun pada momentum Milad ke-113 ini, refleksi perlu dilakukan dengan jujur dan mendalam. Pertanyaan penting yang harus muncul adalah: apakah seluruh ranting benar-benar bergerak menjalankan dakwah dan memikirkan regenerasi? Kehadiran Muhammadiyah di banyak wilayah memang patut disyukuri, tetapi keberlanjutan gerakan sangat bergantung pada kesiapan Ortom sebagai generasi penerus.
Bagaimana kondisi IPM, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah hari ini? Apakah mereka sudah ada serta ber iringan dengan gerakan dan perjuangan Muhammadiyah? Apakah kaderisasi berlangsung terarah, sistematis, dan konsisten? Pertanyaan ini penting, sebab tanpa Ortom yang kuat, ranting dan cabang hanya akan menjadi struktur tanpa ruh pergerakan. Maka nilai nilai tersebut perlu di pikirkan oleh seluruh pimpinan yang ada Di persyarikatan baik dari Pusat,PW,PD, PC maupun Pimpinan Ranting.
Tema Milad ke-113, yaitu “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, sejatinya bukanlah sesuatu yang berat bagi Muhammadiyah. Dengan jaringan amal usaha yang luas, kontribusi terhadap pendidikan, pelayanan sosial, dan kesehatan sudah menjadi bukti nyata. Namun, memakmurkan serta menggerakkan Ortom adalah persoalan lain yang memerlukan penanganan khusus. Kaderisasi tidak cukup dilakukan sekadar sebagai rutinitas atau kewajiban administratif. Ia menuntut kesungguhan, kedisiplinan waktu, pengorbanan tenaga, dan kerja sama dari berbagai pihak—dari ranting, cabang, daerah, hingga para tokoh dan simpatisan.
Regenerasi bukan hanya tentang hadirnya banyak kader, tetapi tentang tumbuhnya generasi yang memiliki ghiroh, intelektualitas, akhlak, dan komitmen untuk menghidup-hidupi Muhammadiyah. Kita menginginkan generasi yang tidak hanya meneruskan organisasi, tetapi menjadi teladan utama di tengah masyarakat, penjaga nilai-nilai Islam berkemajuan, serta penggerak kebaikan di masa depan.
Akhirnya, pada Milad ke-113 ini, harapan bersama kembali dipanjatkan. Semoga Muhammadiyah tetap kompak dalam dakwah, kuat dalam berhidmah, dan teguh dalam memuliakan kemanusiaan. Semoga seluruh warga dan kadernya selalu diberi kekuatan untuk menjadi pelopor kebaikan, penyebar pencerahan, dan pembawa manfaat bagi semesta.
Selamat Milad ke-113 Muhammadiyah—terus bergerak, terus mencerahkan, dan terus menjadi rahmat bagi kehidupan.
Penulis: Suwadi Pranoto, S.Pd
(Wk. Ketua PDM Bojonegoro bidang MPID dan LRB)





